Cerpen oleh : Khanty Dwi Ichtyantri
Ikhlas Untuk Yang Hakiki
Malem
itu merupakan merupakan malam yang mebuat hati Dania sedih serta bahagia, Dania
bahagia karena pada akhirnya dia bisa bertemu kekasihnya yang bernama Rudi,
malam itu pun Rudi mengajak Dania untuk bertemu dengan teman-temannya. Selama
pertemuan itu Dania, Rudi dan teman lainnya merasa bahagia bercerita serta
bercanda bersama dan tak ada kesedihan yang terbesit dari wajah mereka hanya
canda dan tawa yang nampak.
Namun
setelah berakhirnya pertemuan malam itu, Rudi kekasih Dania mengajaknya untuk
bicara serius. Dania bingung apa yang akan dibicarakan oleh kekasihnya itu.
“Dania.... hmm udah nonton film pendek yang kemarin
?”
tanya Rudi
“Iya udah, aku hapal kok yang episode 1 sampai
episode 3 hehhe..” jawab Dania dengan semangat
“Gini......” lanjut Rudi
Dania hanya
menatap dengan serius sambil sesekali bertanya “Iyaaa kenapa ?”
“Jangan sekarang deh....” lanjut Rudi
“Loh kenapa
? sekarang aja. Kenapa sih ?” tanya Dania penasaran
“Besok aja deh suasananya gak mendukung sekarang...” jawab Rudi
“Iiih bikin penasaran, kenapa sih ? Kamu mau pergi
ya ?” tanya balik Dania
“Pergi kemana ? ya enggalah“ jawab Rudi
“Lalu ? kenapa ?” makin penasaran Dania
“Hmmm........” lumayan lama menunggu Rudi
menjawab, dan Dania hanya melihat raut wajah Rudi yang ragu-ragu untuk
bercerita.
Dania pun
membalas dengan memberikan raut wajah takut dan khawatir.
“Okee... gini, sepertinya kita harus jaga jarak deh” kata Rudi
“Maksudnya ?” tanya Dania kaget
“Iya kita jaga jarak, aku mau jaga kamu, aku mau
ngehormatin kamu” jawab balik Rudi
“Apaan sih kamu tuh, kamu mau ngejauh dari aku ? itu
alasan kamu buat ninggalin aku ?” tanya Dania sambil melihatkan matanya
yang berkaca-kaca
“Gak gitu Nia. Setelah aku tonton film pendek itu
aku sadar seharusnya bisa lebih menjaga kamu, harusnya aku bisa menjaga jarak
sama kamu dalam artian aku menghormati diri kamu dan bisa membawa kamu ke jalan
yang baik. Bukan dengan pacaran pegangan tangan, jalan berduaan, bukan itu
Dania seharusnya” jawab penjelasan Rudi
“Selama ini aku bukan wanita baik-baik menurut kamu
?”
tanya balik Dania dengan meneteskan air mata
“Bukaan Dania bukan, kamu wanita yang aku pilih, aku
mau kamu terus sama aku, aku yakin sama kamu, tapi aku tetep pengen terus
ngejaga kamu seutuhnya Dania” tegas Rudi
“Ngejaga ? maksud kamu tuh gmn sih ? selama ini kamu
emang gak ngejaga aku ?” tanya Dania balik
“Iya aku ngejaga kamu, aku gak mau ada yang terluka
dari kamu. Tapi yang aku maksud kali ini aku mau nejaga kamu dengan baik tanpa
merusak yang ada diri kamu. Misalnya kita mau pergi bisa kan kita jalan sendiri
terus janjian aja langsung di tempatnya, biar orang-orang gak mandang kamu
jelek juga.” Jelas Rudi
“Maksud kamu kalau kita pergi kita gak bareng ?
langsung ketemuan ? terus kalau naik motor pisah-pisah ?“ tanya Dania
dengan nada agak tinggi sambil menahan isak tangis
“Iya... demi kebaikkan kamu juga” jawab Rudi
lemas
“Misal kita mau datang keacara temen aku atau temen kamu,
kita mesti dateng dengan beda kendaraan gitu ? etis banget apa nanti kata
orang. Sama aja kalau gitu kamu udah gak anggep aku, dan mungkin salah satu
cara kamu buat ngejauhin aku...” lanjut Dania dengan isak tangis yang
tidak bisa dibendung.....
“Tolong jangan mikir yang aneh-aneh Dania, aku gak
akan ninggalin kamu, aku juga mau cepet-cepet hubungan kita bisa halal Dania.
Kalau kamu gak aku anggep untuk apa aku kenalin kamu ke orang tua aku ? buat
apa kamu aku ajak ke tempat saudara-saudara aku ?“ jelas Rudi
dengan mata berkaca-kaca
......... sunyi
tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut Dania hanya isak tangis yang
terdengar begitu pelik.....
“Dania semua ini demi kebaikkan kamu dan aku, aku
juga lagi berusaha kerja keras buat kita nanti Dania...” ujar Rudi
Diam tidak ada
jawaban apa pun dari mulut Dania, dia terliat diam dan memikirkan sesuatu......
“Dania kenapa diam ?” tanya Rudi lagi
“Aku mikir...” jawab Dania agak judes penuh
isak
Agak lama Dania
berdiam diri, dalam hati Dania merasa sakit, merasa bingung.....
“Kenapa kamu berubah sih Rud, biasanya kalau aku
nangis kamu selalu usap air mata aku, biasanya kamu nenangin aku, tapi sekarang
menghapus air mataku saja tidak” ujar Dania dalam hati.....
Semakin
larut perdebatan yang terjadi semakin banyak pertanyaan yang dilontarkan Dania
semakin deras pula air mata yang diteteskan dari mata Dania, semakin rumit pula
pembicaraan yang terjadi hingga larut malam itu. Pembicaraan itu benar-benar
membuat Dania sedih, Dania merasa apa yang salah dari dirinya.
Rudi
pun terlihat tak tega melihat Dania yang menangis terus menerus.
Sangking sedih
dan emosinya Dania sambil mengeluarkan kata-kata
“Kalau kamu memang mau jaga jarak sama aku, mau
ngehormatin aku oke. Tapi jangan jangan pernah hubungin aku kalau ak penting,
gak usah telpon-telpon aku, gak usah main kerumah aku dan gak.....”
“Dania Dania Dania.... bukan itu maksud aku Dania.
Kok keliatannya malah kamu yaa yang mau jauh dari aku ?“ selak Rudi
“Kamu kok malah membalikkan fakta ? kalau aku mau jauh
dari kamu buat apa aku nangis-nangis kaya gini ?“ tanya balik
Dania
“Dania bukan maksud aku ninggalin atau ngejauhin
kamu, aku mau jaga jarak Dania, demi kamu demi kebaikkan kamu. Kita sama-sama
belajar jadi lebih baik Dania...... aku akan tetap berusaha buat kita demi kita
Dania..” tegas Rudi
“Kalau gitu kita akan jarang telpon, jarang kasih
kabar, jarang ketemu, aku gak bisa telpon kamu pagi-pagi, gak ada lagi
kata-kata sayang, gak....”
“Sayang itu bukan hanya diucapkan, tapi dibuktikkan,
dan aku akan buktiin itu semua...” lagi-lagi Rudi menyelak dengan
senyuman..
Dania
masih tidak bisa memjawab apapun, dia hanya diam seakan bingung dan tidak tahu
apa yang harus dia katakan, hanya air mata yang masih membasahi pipinya.....
Sementara
Rudi melihat jam yang ternyata sudah menunjukkan puluk 11:00 malam....
“Aku pulang yaaa, sudah malam. Gak enak jam segini belum pulang, Inshaa
Allah aku kesini lagi...” kata Rudi
“Iya..” jawab Dania dengan singkat
“Aku mau pulang loh, nanti kalau ada apa-apa di
jalan kamu nyesel loh..” kata Rudi sambil mengajak sedikit bercanda...
“Apaan sih ngomong kok asal banget...” jawab Dania
semakin kesal
“Yaudah jangan sedih lagi yaa, nanti sampai rumah
aku kabarin lagi pasti...” kata Rudi meyakinkan
“Terserah..” jawab Dania singkat lagi
“Kok kamu jadi dingin gini ke aku...” tanya Rudi
sedih
“Engga, udah aku salah maaf, yaudah sana pulang
hati-hati ya, ditunggu kabarnya...” jawab Dania
“Oke, aku pamit ke mama kamu dulu yaa.....” kata Rudi lalu
masuk ke dalam rumah untuk pamit
“Yaudah aku pulang yaa, Assalamu’alaikum....” kata Rudi pamit
Yaaa
ketika Rudi pulang Dania pun masih tidak bisa membendung air matanya dan Dania
terus berpikir kenapa ini semua harus seperti ini, Dania terus berpikir sambil
terus menangis. Hingga beberapa puluh menit kemudian Handphone Dania berbunyi,
ternyata pesan dari Rudi yang menyampaikan bahwa dia sudah sampai rumah dan
menginginkan Dania untuk tidur.
Namun
Dania masih tetap terjaga dengan ditemani air mata yang terus mengalir.
“Tuhan aku tahu ini terbaik, aku sadar ini memang
yang baik bagi aku dan dia. Tapi entah kenapa aku sedih dan gak bisa terima ini
semua, aku ga bisa kalau harus seperti ini, 1 tahun lebih kita bareng-bareng
tapi kenapa harus seperti ini pada
akhirnya.
Tuhan....
Bantu aku untuk mengikhlaskan semuanya, bantu aku
untuk terus berpikir positif, tolong jangan biarkan hati ini terus kotor,
jangan biarkan rasa egois ini terus mendarah daging.......” kata Dania
dalam hati
Tidak
terasa ternyata jam sudah menunjukkan pukul 02.00 pagi, Dania mencoba memasang
earphone ke telinganya dan menyalahkan lagu-lagu dari handphone miliknya.
Beriring jalannya waktu Dania ikut tidur terlelap dengan sisa cetakkan air mata
yang membasahi pipinya dan bantal tidurnya dengan tetap diiringi musik yang
masih menyalah dari handphonenya.
Dalam do’a Dania
berharap
“Tuhan jaga dia untuk aku, Tuhan jangan pisahkan
kami
Biarkan aku menyentuhnya, menggenggamnya dan
memeluknya, sekali
Jika memang ini yang terbaik, bantu aku untuk
mengikhlaskan ini semua
Aku tahu Tuhan, jika tidak, aku sama seperti wanita
yang tidak baik”
Cerpen oleh :
Khanty Dwi Ichtyantri