Perubahan
dan Pertimbangan Organisasi
Nama : Khanty Dwi Ichtyantri
NPM : 14112080
Kelas : 2KA26
Faktor – Faktor Perubahan
Secara garis besar faktor penyebab
terjadinya perubahan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
·
Faktor
ekstern,
·
Faktor
intern.
Faktor Ekstern
Adalah penyebab perubahan yang berasal dari luar, atau sering
disebut lingkungan. Organisasi bersifat responsive terhadap perubahan yang
terjadi di lingkungannya. Oleh karena itu, jarang sekali suatu organisasi
melakukan perubahan besar tanpa adanya dorongan yang kuat dari lingkungannya.
Artinya, perubahan yang besar itu terjadi karena lingkungan menuntut seperti
itu. Beberapa penyebab perubahan organisasi yang termasuk faktor ekstern adalah
perkembangan teknologi, faktor ekonomi dan peraturan pemerintah.
Perkembangan
dan kemajuan teknologi juga merupakan penyebab penting dilakukannya perubahan.
Penggantian perlengkapan lama dengan perlengkapan baru yang lebih modern
menyebabkan perubahan dalam berbagai hal, misalnya: prosedur kerja, kualitas
dan kuantitas tenaga kerja, jenis bahan baku, jenis output yang dihasilkan,
system penggajian yang diberlakukan yang memungkinkan jumlah bagian-bagian yang
ada dikurangi atau hubungan pola kerja diubah karena adanya perlengkapan baru.
Perkembangan
IPTEK terus berlanjut sehingga setiap saat ditemukan berbagai produk teknologi
baru yang secara langsung atau tidak memaksa organisasi untuk melakukan
perubahan. Organisasi yang tidak tanggap dan bersedia menyerap berbagai temuan
teknologi tersebut akan tertinggal dan pada gilirannya tidak akan sanggup
survive.
Faktor Intern
Adalah penyebab perubahan yang berasal dari dalam organisasi yang
bersangkutan, yang dapat berasal dari berbagai sumber antara lain:
·
Problem
hubungan antar anggota,
·
Problem
dalam proses kerja sama,
·
Problem
keuangan.
Hubungan
antar anggota yang kurang harmonis merupakan salah satu problem yang lazim
terjadi. Dibedakan menjadi dua, yaitu: problem yang menyangkut hubungan atasan
bawahan (hubungan yang bersifat vertikal), dan problem yang menyangkut hubungan
sesama anggota yang kedudukannya setingkat (hubungan yang bersifat horizontal).
Problem atasan bawahan yang sering timbul adalah problem yang menyangkut
pengambilan keputusan dan komunikasi. Keputusan pimpinan yang berkenaan dengan
system pengupahan, misalnya dianggap tidak adil atau tidak wajar oleh bawahan, atau
putusan tentang pemberlakuan jam kerja yang dianggap terlalu lama, dsb. Hal ini
akan menimbulkan tingkah laku anggota yang kurang menguntungkan organisasi,
misalnya anggota sering terlambat. Komunikasi atasan bawahan juga sering
menimbulkan problem. Keputusannya sendiri mungkin baik tetapi karena terjadi
salah informasi, bawahan menolak keputusan pimpinan. Dalam hal seperti ini
perubahan yang dilakukan akan menyangkut system saluran komunikasi yang
digunakan.
Problem
yang sering timbul berkaitan dengan hubungan sesame anggota organisasi pada
umumnya menyangkut masalah komunikasi dan kepentingan masing-masing anggota.
Proses
kerja sama yang berlangsung dalam organisasi juga kadang-kadang merupakan
penyebab dilakukannya perubahan. Problem yang timbul dapat menyangkut masalah
system kerjasamanya dan dapat pula menyangkut perlengkapan atau peralatan yang
digunakan. Sistem kerja sama yang terlalu birokratis atau sebaliknya dapat
menyebabkan suatu organisasi menjadi tidak efisien. System birokrasi (kaku) menyebabkan
hubungan antar anggota menjadi impersonal yang mengakibatkan rendahnya semangat
kerja dan pada gilirannya produktivitas menurun, demikian sebaliknya. Perubahan
yang harus dilakukan akan menyangkut struktur organisasi yang digunakan.
Perlengkapan
yang digunakan dalam mengolah input menjadi output juga dapat merupakan
penyebab dilakukannya perubahan. Tujuan penggunaan berbagai perlengkapan dan
peralatan dalam proses kerjasama ialah agar diperoleh hasil secara efisien.
Proses Perubahan
Ada beberapa tahapan dari proses
perubahan suatu organisasi, contoh :
1. Karena ada tekanan dan desakkan,
dimana yang dimaksud di sini adalah, tekanan & desakkan dari pihak luar
atau dalam untuk mengembangkan suatu organisasi agar mau berkembang dan
berjalan lebih maksimal.
2. Interfrensi dan Reorientasi biasanya
melibatkan orang lain untuk mengelola, dimana dibutuhkan pengenalan kembali
agar mengingatkan apa yang telah dicapai dan apa yang masih harus menjadi misi
untuk mencapai visi suatu organisasi tersebut.
3. Diagnosa dan Pengenalan masalah,
dimana di sini berusaha ditemukan, apa yang menjadi sebab, dana mengakibatkan
apa, serta bagaimana cara Organisasi tersebut memecahkan suatu masalah dengan
baik.
4. Penemuan dan Komitmen dari
penyelesaian, setelah menemukan suatu hal yang baru terhadapa penyelesaiaan
masalah, maka akan didaptkan komitmen baru, dimana harus dijalankan, agar
seseuatu kegagalan di masa lampau tidak terulangi lagi di masa depannya.
5. Percobaan dan penerimaan hasil,
dimana setelah kita melakukan percobaan suatu yang baru, kitapun harus dapat
menerima hasilnya, dan mereview kembali agar kita mengetahui dimana
cacatnya suatu cara tersebut dan memodifikasi kembali agar perubahan itu
menjadi lebih baik dan sesuai dengan yang diharapkan.
Ciri-ciri Pengembangan Organisasi
Pengembangan organisasi yang efektif
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Merupakan strategi terencana dalam
mewujudkan perubahan organisasional, yang memiliki sasaran jelas berdasarkan
diagnosa yang tepat tentang permasalahan yang dihadapi oleh organisasi.
2. Merupakan kolaborasi antara berbagai
pihak yang akan terkena dampak perubahan yang akan terjadi.
3. Menekankan cara-cara baru yang
diperlukan untuk meningkatkan kinerja seluruh organisasi dan semua satuan kerja
dalam organisasi.
4. Mengandung nilai humanistik dimana
pengembangan potensi manusia menjadi bagian terpenting.
5. Menggunakan pendekatan komitmen
sehingga selalu memperhitungkan pentingnya interaksi, interaksi dan
interdependensi antara berbagai satuan kerja sebagai bagian integral di suasana
yang utuh.
6. Menggunakan pendekatan ilmiah dalam
upaya meningkatkan efektivitas organisasi.
Metode Pengembangan Organisasi
Metode Pengembangan Perilaku
1. Jaringan
Manajerial (Managerial Grid)
Jaringan manajerial atau kisi
manajerial (managerial grid), disebut juga latiahan jaringan (grid training),
adalah suatu metode pengembangan organisasi yang di dasarkan jaringan
manajerial. Teori ini di pelopori oleh Robert Blake dan Jane Mouton. Dalam
metode ini dikenal dua dimensi dua prilaku pimpinan, yaitu prilaku pimpinan
yang memusatkan perhatian pada produksi, dan prilaku pimpinan yang memusatkan
prilakunya pada orang. Dari segi intensitasnya, seorang pimpinan mungkin dapat
menerapkan sekaligus dua prilaku tersebut dalam intensitas yang sama atau
berbeda.
Kelima gaya kepemimpinan itu dapat
di jelaskan dengan mempergunaka gambar jaringan menajerial di bawah ini. Sumbu
X menunjukan prilaku pimpinan yang memusatka pada orang dan sumbu Y adalah
pemimpin yang memusatkan perhatianya terhadap produksi.
Lima
gaya kepemimpinan dalam manajerial grid, adalah sebagai berikut:
·
Grid
1.1 menunjukan prilaku pimpinan dengan perhatian yang
rendah baik tehadap produksi maupun terhadap orang. Pada Grid
ini pimpinan hanya bertindak sebagai perantara, menyalurkan informasi dari atas
kepada bawahan.
·
Grid
9;1 menunjukan prilaku pimpinan dengan perhatian yang tinggi terhadap produksi
dan rendah terhadap orang. Pimpinan hanya mementingkan tingkat produksi dan
kurang memperhatiakan orang-orang yang membantunya. Pada Grid ini pimpinan
bersifat Otoriter.
·
Grid
1.9 menujukan prilaku pimpinan yang rendah perhatianya terhadap hasil produksi
, namu tinggi terhadap orang-orang yang berkerja. Pada Grid ini pimpinan
menciptakan tempat kerja yang penuh persahabatan.
·
Grid
9.9 menunjukan adanya prilaku pimpinan dengan perhatian tinggi terhadam orang
dan pada hasil produksi. Inilah gaya kepemimpinan yang paling efektif.
·
Grid
5.5 menujukan adanya prilaku pimpinan dengan perhatian yang medium baik terhada
orang maupun produksi. Dalam hasil produksi pimpinan tidak mau membua target
yang mungkin sulit di capai.
2. Latihan
Kepekaan
Latihan kepekaan (sensitifity
training) merupakan latihan dengan kelompok. Oleh karena itu metode ini di
namakan pula metode T-groupe (T= Training). Dalam metode ini yang di maksud dengan
kepekaan adalah kepekaan terhadap diri sendiri dan terhadap hubungan diri
sendiri dengan orang lain. Metode ini berlandaskan pada anggapan bahwa
kesulitan untuk berprestasi di sebabkan oleh adanya persoalan emosional dari
kelompok orang-orang yang harus mencapai tujuan. Metode ini beranggapan bahwa
apabila persoalan emosional itu dapat di atas maka dengan sendirinya kesulitan
untuk beradaptasi dapat di hilangkan.
Oleh karena itu tujuan dari pada
latiahan kepekaan adalah mempertajam daya peka, perasaan(emosi), dan kecepatan
reaksi dalam menghadapi beberapa persoalan. Dalam latihan ini anggota kelompok
di beri movasiuntuk belajar mengenai diri sendiri dalam menghadapi orang lain,
kebutuhan dan sikap mereka sendiri. Sikap ini dapat terungkap melalui dua jalur,
yaitu melalui mereka sendiri terhadap orang lain, dan melalui prilaku orang
lain terhadap diri mereka sendiri.
3. Pembentukan
Tim
Pembentukan Tim (Team Feedback)
adalah suatu metode yang berusaha mengumpulkan data-data dari para anggota
organisasi. Data itu meliputi data-data yang berhubungan dengan tingkah
laku,sikap,serta berbagai perasaan lain yang ada pada diri setiap anggota
organisasi. Data-data yang telah dikumpulkan kemudian di susun dan di kembangan
kepada para anggota organisasi yang telah di survai untuk didiskusikan. Dari
hasil diskusi akan di perpleh umpan balik(feedback) dari para anggota
organisasi yang telah di survey, apakah perlu di adakan perubahan atau tidak.
4. Umpan
Balik Survei
Metode Pengembangan Ketrampilan dan
Sikap :
1) On The Job
Training
Latihan ditempat kerja (on the job
training ) ialah latian kerja ditempat kerja yang sebenarnya. Latian ini
melatih anggota organisasi untuk menjalankan pekerjaan – pekerjaan dengan lebih
efisien. Didalam latian ini instruksi- instruksi diberikan langsung kepada
anggota organisasi ditempat kerjannya, baik yang bersifat kerja sama maupun
yang bersifat perseorangan. Dengan latian ini diharapkan para anggota
organisasi lebih mampu menjalankan dan lebih menguasai pekerjaannya.
Ada beberapa keuntungan yang
diperoleh dalam latihan ditempat kerja ini, antara lain :
·
Sangat
ekonomis Karen para peserta tetap produktif selama mereka mengikuti dan
manjalankan latiahan .
·
Presentasi
anggota organisasi tidak akan berkurang atau hilang. Hal ini sangat berbeda
apabila dibanding dengan latihan yang diadakan diluar tempat kerja.
Latihan yang diluar tempat kerja kan melibatkan sebagian presentasi
hilang apabila peserta latian kembali ke tempat kerjanya masing-masing
2) Job
Instruction Training
Adalah dengan memberikan
petunjuk-petunjuk pekerjaan secara langsung pada pekerjaan dan terutama
digunakan untuk melatih para karyawan tentang cara-cara pelaksanaan pekerjaan
sekarang. Pada metode ini didaftarkan semua langkah-langkah yang perlu
dilakukan dalam pekerjaan sesuai dengan urutannya.
3) Of The Job
Training
Metode off the job adalah pelatihan
yang menggunakan situasi di luar pekerjaan. Dipergunakan apabila banyak pekerja
yang harus dilatih dengan cepat seperti halnya dalam penguasaan pekerjaan, di
samping itu juga apabila pelatihan dalam pekerjaan tidak dapat dlakukan karena
sangat mahal.
·
Lecture
Merupakan metode pelatihan dengan
memberikan kuliah atau ceramah dalam rangka penyampaian informasi-informasi
yang dibutuhkan petatar Metode ini mengeluarkan biaya yang tidak tinggi, namun
kelemahannya adalah peserta kurang partisipasi dan kurang respon.
·
Video
Presentation
Adalah prestasi yang dilakukan
melalui media televisi, film, slides dan sejenisnya serupa dengan bentuk
lecture.
·
Role
Playing
Merupakan suatu permainan peran yang
dilakukan oleh peserta untuk memainkan berbagai peran orang tertentu dan
diminta untuk menanggapi para peserta lain yang berbeda perannya. Teknik ini
dapat mengubah sikap peserta, seperti misalnya: menjadi lebih toleransi
terhadap perbedaan individual dan juga dapat mengembangkan
ketrampilan-ketrampilan antar pribadi.
·
Case
Study
Merupakan metode pelatihan dimana
para peserta pelatihan dihadapakan pada bberapa kasus tertulis dan diharuskan
memecahkan masalah-masalah tersebut.
·
Simulation
Simulasi merupakan suatu situasi atau kejadian yang ditampilkan semirip mungkin dengan situasi yang sebenarnya, tetapi hanya merupakan tiruan saja dan para pelatihan harus memberikan respon seperti dalam kejadian yang sebenarnya. Jadi simulasi merupakan suatu teknik untuk mencontoh semirip mungkin terhadap konsep sebenarnya dari pekerjaan yang akan dijumpai.
Simulasi merupakan suatu situasi atau kejadian yang ditampilkan semirip mungkin dengan situasi yang sebenarnya, tetapi hanya merupakan tiruan saja dan para pelatihan harus memberikan respon seperti dalam kejadian yang sebenarnya. Jadi simulasi merupakan suatu teknik untuk mencontoh semirip mungkin terhadap konsep sebenarnya dari pekerjaan yang akan dijumpai.
·
Self
Study
Merupakan teknik yang menggunakan
modul-modul tertulis dan kaset-kaset atau video tape rekaman dan para peserta
hanya mempelajarinya sendiri. Teknik ini tepat digunakan apabila jumlah
karyawan yang mengikuti pelatihan dalam jumlah yang besar, pada karyawan
tersebar di berbagai lokasi yang berbeda-beda dan sulit mengumpulkan para
karyawan sekaligus untuk bersama-sama mengikuti program pelatihan tertentu.
·
Programmed
Learning
Dalam metode ini, diberikan beberapa
pertanyaan-pertanyaan dan para peserta pelatihan harus memberikan jawaban yang
benar. Metode ini dapat juga melalui komputer yang sudah mempunyai program
tersendiri agar para peserta dapat mempelajari dan memperinci selangkah demi
selangkah dengan umpan balik langsung pada penyelesaian- setiap langkah.
Masing-masing peserta pelatihan dapat menetapkan kecepatan belajarnya
·
Laboratory
Training
Teknik ini adalah merupakan suatu
bentuk latihan kelompok yang terutama digunakan untuk mengembangkan
ketrampilan-ketrampilan antar pribadi. Latihan ini bersifat sensivitas, dimana
peserta menjadi lebih sensitif terhadap perasaan orang lain dan lingkungan.
Laboratory Training ini berguna untuk mengembangkan berbagai perilaku bagi
tanggung jawab pekerjaan di waktu yang akan datang.
4) Vestibule
Training
Merupakan pelatihan yang dilakukan
dalam suatu ruangan khusus yang terpisah dari tempat kerja biasa dan disediakan
jenis pelaralatan yang sama seprti yang akan digunakan pada pekerjaan
sebenarnya. Latihan ini berguna sebagai pendahuluan dari latihan kerja.
Sumber
:
http://www.lrckesehatan.net/pedoman/pedoman_kalakarya_pengembangan_organisasi.htm
http://diegomu.blogspot.com/2009/12/tahapan-proses-perubahan-organisasi.html
http://idadwiw.wordpress.com
http://rizkyfebriyanto.blogspot.com/2012/11/metode-pengembangan-organisasi_20.html
0 comments:
Posting Komentar